Last Year , me and my family went holiday to Jakarta by plane .
Jakarta is one of the famoust city, everyone know that .
i and family rounded the city with car and i and my family go
to my grandmother in there i and my cousin played together and
we ate in the house ... it's funny you know ^^
i'm very happy because you know in jambi i don't know what will
i do except study study and study . this is my holiday and what's your holiday ^_^
Ruxandra Febriana
Kamis, 16 Februari 2012
Senin, 30 Januari 2012
Trigonometri
Hukum Kepler
Secara Umum
Hukum hukum ini menjabarkan gerakan dua badan yang mengorbit satu sama lainnya. Massa dari kedua badan ini bisa hampir sama, sebagai contoh Charon—Pluto (~1:10), proporsi yang kecil, sebagai contoh. Bulan—Bumi(~1:100), atau perbandingan proporsi yang besar, sebagai contoh Merkurius—Matahari (~1:10,000,000).Dalam semua contoh di atas, kedua badan mengorbit mengelilingi satu pusat massa, barycenter, tidak satu pun berdiri secara sepenuhnya di atas fokus elips. Namun, kedua orbit itu adalah elips dengan satu titik fokus di barycenter. Jika rasio massanya besar, sebagai contoh planet mengelilingi Matahari, barycenternya terletak jauh di tengah obyek yang besar, dekat di titik massanya. Di dalam contoh ini, perlu digunakan instrumen presisi canggih untuk mendeteksi pemisahan barycenter dari titik masa benda yang lebih besar. Jadi, hukum Kepler pertama secara akurat menjabarkan orbit sebuah planet mengelilingi Matahari.
Karena Kepler menulis hukumnya untuk aplikasi orbit planet dan Matahari, dan tidak mengenal generalitas hukumnya, artikel ini hanya akan mendiskusikan hukum di atas sehubungan dengan Matahari dan planet-planetnya.
[sunting] Hukum Pertama
- "Setiap planet bergerak dengan lintasan elips, Matahari berada di salah satu fokusnya."
Meski secara teknis elips yang tidak sama dengan lingkaran, tetapi sebagian besar planet planet mengikuti orbit yang bereksentrisitas rendah, jadi secara kasar bisa dibilang mengaproksimasi lingkaran. Jadi, kalau ditilik dari pengamatan jalan edaran planet, tidak jelas kalau orbit sebuah planet adalah elips. Namun, dari bukti perhitungan Kepler, orbit-orbit itu adalah elips, yang juga memeperbolehkan benda-benda angkasa yang jauh dari Matahari untuk memiliki orbit elips. Benda-benda angkasa ini tentunya sudah banyak dicatat oleh ahli astronomi, seperti komet dan asteroid. Sebagai contoh, Pluto, yang diamati pada akhir tahun 1930, terutama terlambat diketemukan karena bentuk orbitnya yang sangat elips dan kecil ukurannya.
[sunting] Hukum Kedua
- "Luas daerah yang disapu pada selang waktu yang sama akan selalu sama."
[sunting] Hukum Ketiga
Planet yang terletak jauh dari Matahari memiliki perioda orbit yang lebih panjang dari planet yang dekat letaknya. Hukum Kepler ketiga menjabarkan hal tersebut secara kuantitatif.- "Perioda kuadrat suatu planet berbanding dengan pangkat tiga jarak rata-ratanya dari Matahari."
Konstant proporsionalitasnya adalah semua sama untuk planet yang mengedar Matahari.
My Experience when went to supermarket
Last Monday I went to the Supermarket with my mom .
I and my mom walked around and buy something we need .
Finnaly, me and my mom go home : D
By : Ruxandra Febriana Sarli :)
I and my mom walked around and buy something we need .
Finnaly, me and my mom go home : D
By : Ruxandra Febriana Sarli :)
Hukum Archimedes (Hukum Pengapungan)
Hukum Archimedes mengatakan bahwa apabila sebuah benda sebagian atau seluruhnya terbenam kedalam air, maka benda tersebut akan mendapat gaya tekan yang mengarah keatas yang besarnya sama dengan berat air yang dipindahkan oleh bagian benda yang terbenam tersebut. Telah sama-sama kita ketahui bahwa berat jenis air tawar adalah 1.000 kg/m3, apabila ada sebuah benda yang terbenam kedalam air tawar; maka berat benda tersebut seolah-olah akan berkurang sebesar 1.000 kg untuk setiap 1 m3 air yang dipindahkan. Konsep ini akan lebih jelas bila diterangkan dengan gambar dibawah ini.
Pada saat ditimbang diudara benda mempunyai berat 4.000 kg pada skala pengukur berat, sedang setelah dimasukan kedalam air berat benda menjadi 3.000 kg. Padahal masa benda tidak berubah, berkurangnya berat benda tersebut diakibatkan adanya gaya tekan keatas dari air yang dipindahkan oleh bagian benda yang ada didalam air (force of buoyancy), dengan arah kerja gayanya mengarah keatas; sedang garis kerja gayanya segaris dengan garis kerja dari gaya berat benda. Titik tangkap garis kerja gaya buoyancy biasa disebut dengan titik buoyancy atau titik B. Didalam sistem bangunan terapung titik B ini disebut juga dengan titik berat dari volume benda yang ada dibawah garis air (gambar dibawah ini)
Selanjutnya perhatikan gambar c dibawah ini; dimana pada gambar tersebut mengilustrasikan sebuah benda dengan masa sebesar 4.000 kg namun volume bendanya 8 m3. Pada awalnya benda tersebut dibenamkan kedalam air, kemudian dilepaskan. Apabila keseimbangan telah terjadi, maka benda tersebut akan mengapung seperti ditunjukan pada gambar a. Keseimbangan akan tercapai apabila besarnya gaya buoyancy sama dengan berat air yang dipindahkan oleh bagian benda yang ada didalam air atau apabila benda tersebut mengapung dengan separuh dari volumenya.
Berat benda = berat dari volume air yang dipindahkan4000 = S x V
4000 = 1000 kg/m3 x V
atau
c. Benda terapung pada posisi seimbang
Minggu, 20 November 2011
Mengapa Air Laut Terasa Asin ?
Air laut tidak menjadi asin dengan sendirinya. Bahkan lewat berbagai penelitian diperkirakan pada masa awal terbentuknya lautan miriaran tahun yang lalu, air laut sama sekali tidak terasa asin. Tetapi,
sungai-sungai yang airnya bermuara ke lautlah yang menghantarkan mineral-mineral garam menuju laut, sehingga lama-kelamaan air laut menjadi asin.
Bagaimana proses itu bisa berlangsung?
Proses ini berawal dari daratan. Seperti kita ketahui, tanah juga bebatuan di bumi ini mengandung berbagai macam zat mineral atau paduan zat mineral yang berguna bagi makhluk hidup. Musalnya saja zat besi, mangan, sulfur, natrium ataupun garam.
Sementara itu, sungai-sungai yang ada di bumi ini secara perlahan tapi pasti mengalirkan airnya menuju laut. Nah, dalam perjalanannya, air sungai ini mengikis tanah, batu, endapan pasir dan membawa serta zat-zat di dalamnya sedikit demi sedikit menuju laut. Sebagian dari kikisan ini ada yang hanya terbawa separuh jalan dan mengendap di ujung-ujung sungai, membentuk daratan bernama delta. Namun sebagian lagi dari kikisan air mineral ini bisa terbawa sampai ke laut.
Nah, garam adalah air mineral yang amat mudah larut di dalam air, sehingga sebagian besar dari mineral garam yang terkikis dan larut dalam air sungai bisa terbawa hingga ke laut. Kejadian ini berlangsung terus menerus. Tambahan pula, saat laut terkena panas matahari, sebagian airnya menguap dan meninggalkan butiran garam, yang tadinya larut, tetap berada di laut. Maka, dalam waktu yang begitu panjang, kurang lebih empat miliar tahun, kandungan garam dari daratan yang terbawa aliran sungai ini pun menjadi semakin banyak sehingga air laut pun akhirnya menjadi asin seperti sekarang.
Memang sih, air laut asin ini tidak bisa dikonsumsi oleh manusia sebagai air minum. Tetapi dari air laut inilahjustru manusia bisa memperoleh garam yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus susah payah mengikisnya dari tanah dan batuan.
Dengan melakukan pemanasan buatan pada sejumlah air laut yang sudah dikumpulkan, manusia berhasil menguapkan air laut dan dengan cukup mudah memperoleh butiran-butiran garam sebagai hasilnya.
Minggu, 13 November 2011
Mengapa Langit Bewarna Biru ?
Penjelasannya ternyata baru terjawab sekitar satu setengah abad lalu. Kenapa langit berwarna biru?
Contoh penghamburan Rayleigh yang paling terkenal adalah atmosfer Bumi yang memberi warna biru di langit. Adalah Leonardo da Vinci yang sekitar tahun 1500an, menduga pertama kali alasan mengapa langit berwarna biru, khususnya dalam pengamatannya kalau asap kayu terlihat biru saat diamati pada latar belakang hitam (Jackson, 1998). Efek ini akhirnya dijelaskan secara kuantitatif tahun 1899 oleh Lord Rayleigh yang namanya diambil untuk menjelaskan fenomena ini.
Penghamburan Rayleigh terjadi saat sinyal yang datang memiliki panjang gelombang, ?, yang jauh lebih besar dari panjang gelombang resonansi dari elektron yang terikat dalam sebuah atom atau molekul. Untuk sinar optik yang menimpa partikel dengan transisi ultraviolet, ini juga berarti kalau ? jauh lebih besar dari ukuran partikel yang menghambur. Karena ketergantungan yang kuat dari penampang lintang hamburan pada panjang gelombang. Panjang gelombang yang lebih pendek, yaitu cahaya biru (cahaya ungu lebih terhamburkan lagi, tapi mata kita lebih sensitif pada biru daripada ungu), akan lebih mudah menghambur daripada panjang gelombang panjang (merah). Cahaya biru memiliki panjang gelombang ? mendekati 470 nanometer dan, karena molekul yang paling berlimpah di atmosfer, yaitu nitrogen dan oksigen, berukuran sekitar 0.3 nanometer, penghamburan atmosfer jelas tergolong penghamburan Rayleigh. Partikel debu yang kecil juga berperan, namun penghamburan dominan disebabkan oleh molekul dan langit akan tetap terlihat biru bahkan tanpa adanya debu.
Untuk geometri seperti dalam gambar 1 berikut, cahaya biru lebih mungkin menghambur kedalam garis pandangan pengamat daripada cahaya merah. Akibatnya, matahari yang kuning menghasilkan langityang biru bagi pengamat di bumi. Walau tidak terlalu jelas, langit malam juga berwarna biru. Walau lemahnya cahaya di langit malam membuatnya mustahil dikenali oleh mata, exposure dalam waktu lama dapat mengungkapkan warnanya. Lihat gambar 2.
Bila tidak ada atmosfer, langit siang akan berwarna hitam, kecuali di tempat adanya matahari itu sendiri. Fakta kalau atmosfer di hari yang cerah bersifat transparan bermakna bahwa sebagian besar foton bergerak menembusnya tidak dihalangi dan hanya sedikit yang mengalami hamburan. Inilah mengapa, pada hari yang cerah, kecemerlangan matahari jauh lebih besar daripada kecemerlangan langit yang biru.
Untuk geometri seperti pada gambar 3, cahaya biru lebih mungkin dihamburkan keluar dari garis pandang daripada warna merah. Karenanya, setiap benda pemancar cahaya di atas atmosfer bumi akan terlihat memerah dan juga memudar, karena penghamburan Rayleigh. Matahari menjadi lebih merah daripada warna aslinya bahkan saat ia masih tinggi. Bila garis pandang menembus atmosfer lebih panjang, seperti saat melihat matahari terbit atau tenggelam (lihat gambar 4), maka warna memerah lebihdiperkaya dan lebih jelas bagi mata (penghamburan dari debu, uap air dan molekul besar juga dapat berperan dalam pemerahan). Efek yang sama dapat diamati untuk benda lain seperti bulan, planet atau bintang. Walau begitu, foton yang terhambur secara individual sendiri memiliki panjang gelombang yang sama dengan foton yang datang, karenanya walaupun penghamburan Rayleigh tergantung panjang gelombang, ia masih merupakan bentuk penghamburan elastik.
Penghamburan Rayleigh menghasilkan cahaya terpolar sama halnya dengan penghamburan Thompson (lihat gambar 5). Bahkan walau matahari memancarkan cahaya yan tidak terpolar, misalnya, cahayanya yang terhambur akan terpolarkan pada sudut pandang 90 derajat, sebagaimana kita buktikan dengan melihat ke dekat cakrawala dengan saringan polarisasi saat matahari ada di atas kepala. Seperti halnya hamburan Thompson, hamburan Rayleigh memberi cara melihat sumber dengan melihat pada ‘cerminannya’, walaupun dibebani oleh ketergantungan panjang gelombang . Karenanya mungkin melihat spektrum matahari dengan mengarahkan spektrometer pada satu posisi di langit jauh dari posisi matahari itu sendiri. Garis Fraunhofer matahari (garis Fraunhofer matahari adalah garis penyerapan yang terbentuk dalam fotosfer matahari), misalnya, dapat dilihat dengan mudah lewat cara ini. Cahaya optik yang kabur dalam sebuah nebula refleksi (lihat gambar 6) juga akan terpolarisasi.
Langit berwarna biru dapat dikontraskan dengan warna yang lebih abu-abu dari tetesan air di awan. Karena tetesan air tidaklah kecil dibanding panjang gelombang cahaya, penghamburan dari partikel ini bukanlah rezim hamburan Rayleigh. Ketergantungan panjang gelombang dari penghamburan partikel besar lebih datar daripada penghamburan Rayleigh, karenanya warna awan terlihat abu-abu.
Referensi
- Jackson, J. D. Classical Electrodynamics, 3rd Ed., John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey, 1998
- Meeks, M.L. 1976. Astrophysics. Academic Press
- Rossing, T.D., Chiaverina, C.J. 1999. Light science: Physics and the visual arts. Birkhauser.
Langganan:
Postingan (Atom)